Dia berencana melakukan `pernikahan` antara sekolah menengah kejuruan (SMK), kampus-kampus vokasi, dan lembaga pelatihan di Indonesia dengan industri sebagai pengguna lulusan.
Di antaranya, kampus-kampus vokasi diminta untuk berkolaborasi dengan industri agar menghasilkan karya-karya riset terapan, yang mendukung tanggap darurat Covid-19.
Hal ini dilakukan guna memaksimalkan mata kuliah yang berkutat pada teori dan bisa ditempuh melalui perkuliahan jarak jauh, sepanjang pandemi virus corona baru (Covid-19) di Tanah Air.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mendorong para pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) supaya menguasai keterampilan lunak (soft skill), sebelum terjun ke dunia kerja.
Kebijakan ini ditempuh mengingat selama pandemi Covid-19, civitas akademik perguruan tinggi diminta tetap melaksanakan perkuliahan daring, guna menekan angka penyebaran.
Wikan mengatakan nantinya para praktisi baik dari dalam maupun luar negeri tersebut, diberikan waktu 50-100 jam per program studi (prodi) dalam satu semester.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menyebut, dengan jumlah anggaran itu dia menargetkan 90 persen vokasi dapat menikah dengan industri.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi meluncurkan Program Sertifikasi Kompetensi dan Profesi bagi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan mahasiswa pendidikan tinggi vokasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemdikbud, Wikan Sakarinto berharap program link and match vokasi dan DUDI tersebut jangan sampai hanya sebatas `pacaran`.
Ketiganya ialah Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), dan Program Vokasi Universitas Indonesia (UI).